Minggu, 06 Mei 2012

Orang Afghanistan Memiliki Warisan Genetik yang Unik Menurut Analisis DNA


Kamis, 5 April 2012 - Sebuah studi oleh Genographic Project menemukan kalau mayoritas dari semua etnik yang diketahui di Afghanistan memiliki warisan genetik unik diturunkan dari populasi leluhur bersama yang paling mungkin muncul pada revolusi Neolitikum dan pembentukan komunitas pertanian purba.

 Studi menemukan peradaban awal ini mungkin merupakan migrasi dan invasi terasimilasi, karenanya menciptakan perbedaan genetik antar populasi dan memberi Afghan keanekaragaman genetik yang unik di Asia Tengah. Diterbitkan baru-baru ini di jurnal   PLoS ONE, studi ini dipimpin oleh penyelidik utama Pierre Zalloua dan Marc Haber, keduanya dari pusat regional Timur Tengah Genographic.
 “Afghanistan memiliki keanekaragaman masyarakat multi-etnik dan multi-bahasa. Tujuan studi kami adalah menentukan apakah berbagai kelompok Afghan muncul dari populasi yang sama dengan sistem sosial berbeda namun pasokan genetik yang sama atau apakah perbedaan budaya dan etnik didasari oleh perbedaan genetik yang sudah ada,” kata   Zalloua.
“Kita tahu kalau Afghan berbeda secara budaya, namun kita tidak yakin apakah DNA mereka member petunjuk bagaimana mereka berevolusi. Kita sekarang tahu kalau evolusi budaya utama dan kemajuan teknologi prasejarah, diikuti oleh migrasi dan penaklukkan, menyisakan jejak dalam DNA Afghan, memberi kita pandangan mengagumkan pada asal usul populasi ini,” kata Haber.
 Lokasi geografis strategis Afghanistan menjadi poros utama perdagangan serta persimpangan banyak rute invasi. Lokasi berdampingan dengan perkembangan budaya membentuk warisan genetik unik masyarakat Afghan.
 Genographic Project, diluncurkan tahun 2005, memasuki delapan tahun musim semi ini. Hampir 75 ribu partisipan dari seribu masyarakat asli di dunia telah ikut serta dalam inisiatif ini, bersama dengan lebih dari 440 ribu anggota masyarakat umum yang membeli alat uji secara online, menyeka pipinya, lalu mengirimkan sampelnya ke lab Genographic untuk diolah. Koleksi sampel tak terduga ini beserta datanya merupakan sumberdaya ilmiah yang direncanakan untuk dikembangkan proyek ini.
 Direktur Genographic Project dan   National Geographic Explorer-in-Residence Dr. Spencer Wells mencatat, “Studi ini adalah yang pertama melakukan analisis detail populasi Afghan, menunjukkan keluasan geografis tak terkira sampling Genographic. Proyek ini berusaha mengisi celah dalam pengetahuan kita mengenai sejarah migrasi manusia, dan Afghanistan selalu merupakan celah dalam peta kita. Kita sekarang lebih tahu banyak mengenai gambaran bagaimana kelompok ini saling berkaitan dengan daerah sekitarnya. Selanjutnya, kami berharap mengisi detail sejarah demografis Afghanistan dengan studi penanda genetik lainnya dalam populasi ini.”
Sumber berita:
Referensi jurnal:
  1. Marc Haber, Daniel E. Platt, Maziar Ashrafian Bonab, Sonia C. Youhanna, David F. Soria-Hernanz, Begoña Martínez-Cruz, Bouchra Douaihy, Michella Ghassibe-Sabbagh, Hoshang Rafatpanah, Mohsen Ghanbari, John Whale, Oleg Balanovsky, R. Spencer Wells, David Comas, Chris Tyler-Smith, Pierre A. Zalloua. Afghanistan’s Ethnic Groups Share a Y-Chromosomal Heritage Structured by Historical EventsPLoS ONE, 2012; 7 (3): e34288 DOI: 10.1371/journal.pone.0034288

Minggu, 6 Mei 2012 - Infeksi jamur yang telah membunuh amfibi dalam jumlah memecahkan rekor di dunia membawa pada dehidrasi mematikan bagi katak di alam liar, menurut sebuah studi dari Universitas California di Berkeley dan San Francisco State University.

Tingkat jamur akuatis yang tinggi bernama  Batrachochytrium dendrobatidis (Bd) mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit pada katak liar, kata para ilmuan, dengan parah mengurangi tingkat sodium dan potassium katak dan menyebabkan serangan jantung dan kematian.
Temuan mereka mengkonfirmasi apa yang telah ditunjukkan secara hati-hati oleh para ilmuan di lab dengan jamur tersebut, namun biologiwan SF State Vance Vredenburg mengatakan kalau data dari katak liar member gambaran lebih baik mengenai kemajuan penyakit ini.
 “Mode kematian yang ditemukan di lab tampaknya merupakan apa yang sungguh-sungguh terjadi di lapangan,” katanya, “dan pemahaman demikian merupakan kunci untuk berbuat sesuatu di masa datang.”
 Studi ini diterbitkan online dalam jurnal mitra bestari PLoS ONE dan didanai lewat kerjasama National Science Foundation dan  National Institutes of Health program, Ecology and Evolution of Infectious Diseases.
Dalam jantung studi baru ini, sampel darah diambil dari katak kaki kuning pegunungan oleh Vredenburg, yang merupakan asisten professor biologi di SF State, dan koleganya tahun 2004, ketika wabah chytrid menyapu lembah pegunungan Sierra Nevada.
 “Sangat langka untuk mampu mempelajari fisiologi di alam liar seperti ini, pada momen yang tepat dimana sebuah penyakit mewabah,” kata ekolog UC Berkeley, Jamie Voyles, pengarang perdana studi ini.
 Sayangnya, ini adalah sebuah studi yang tidak dapat diduplikasi, setidaknya di Sierra Nevada. Populasi katak telah hampir punah oleh chytrid, menurun 95 persen setelah jamur itu pertama dideteksi tahun 2004.
 “Sedih rasanya berjalan di lembah ini dan berpikir, ‘Wah, mereka semua sudah tidak ada,’” kata Vredenburg.
 Jamur chytrid menyerang kulit amfibi, menyebabkannya menjadi lebih tebal sampai 40 kali lipat dalam beberapa kasus. Karena katak tergantung pada kulitnya untuk menyerap air dan elektrolit esensial seperti sodium dari lingkungannya, Voyles dan koleganya tahu kalau chytrid akan mengganggu keseimbangan cairan dalam amfibi yang terinfeksi, namun terkejut menemukan kalau tingkat elektrolit jauh lebih rendah dari yang diantisipasi untuk sampel Sierra Nevada.
 “Jelas kalau jamur ini memiliki dampak besar di alam liar,” kata Voyles.
“Penyakit alam liar dapat sama berbahayanya bagi kesehatan dan ekonomi kita seperti halnya penyakit pertanian dan manusia,” kata Sam Scheiner, petugas program NSF untuk EEID. “Bd telah menghancurkan spesies katak dan salamander di dunia, yang dapat mengganggu sistem alam secara potensial. Studi ini penting dalam menambah pemahaman kita mengenai penyakit tersebut, langkah pertama mencari jalan mengurangi dampaknya.”
 Para ilmuan ingin belajar sebanyak yang mereka bias mengenai bagaimana chytrid mempengaruhi amfibi liar, dengan harapan kalau penemuan ini akan membawa pada perawatan yang lebih baik pada infeksi tersebut.
 Sebagai contoh, kata Voyles, studi baru menunjukkan kalau katak individual yang dirawat infeksinya dapat memperoleh manfaat dari suplemen elektrolit dalam tahap lanjut penyakit ini.
Para peneliti seperti Vredenburg sudah bereksperimen dengan berbagai cara merawat katak individual, seperti memberikan terapi antijamur atau menginokulasi katak dengan bakteri probiotik yang menghasilkan senyawa yang membunuh jamur tersebut.
 “Penyakit ini tidak terlalu sulit untuk dihilangkan di lab dengan antijamur. Kita tahu kita dapat merawat hewan di sini,” kata Vredenburg. “Namun di alam liar, penyakit ini masih berupa target yang bergerak.”
 Masih belum jelas bagaimana chytrid menyebar di wilayah ini, dan katak mana yang rentan pada re-infeksi setelah perawatan. Di awal tahun ini, Vredenburg dan koleganya menerbitkan sebuah makalah yang menunjukkan kalau sejenis katak biasa Amerika Utara mungkin merupakan pembawa infeksi ini.
 Chytrid telah membunuh lebih dari 200 spesies amfibi di dunia, namun Voyles mengatakan kalau studi baru ini menawarkan “harapan yang memungkinkan melakukan sesuatu untuk memitigasi hilangnya katak di alam liar.”
Sumber berita:

Kehidupan


Mempelajari Kehidupan

Sains menyelidiki gaya-gaya yang mempengaruhi Bumi dan penghuninya. Lewat pengamatan dan percobaan, para ilmuan berusaha memecahkan teka-teki yang sulit dan menyembunyikan sebab-sebab peristiwa yang membentuk dunia. Hasil sains modern telah merubah dunia secara nyata dengan penemuan baru dan penting dalam bidang seperti komunikasi, transportasi, pertanian dan kedokteran.Biologi sendiri adalah sains yang mempelajari kehidupan dan mahluk hidup, termasuk hukum yang mengatur peristiwa kehidupan.
Setiap tipe kehidupan dari partikel hidup mikroskopis terkecil hingga spesies tanaman dan hewan terbesar dan paling mengagumkan termasuk bidang studi biologi. Studi biologi mencakup semua yang dikenal tentang tanaman, hewan, mikroba atau mahluk hidup lain di masa lalu ataupun masa kini.
Aristoteles
Seperti di definisikan di atas, biologi adalah sains kehidupan dan mahluk hidup. Biologi adalah sains alam. Ia adalah studi bentuk kehidupan individual di dunia kehidupan yang disebut alam. Ia adalah sains ikan dan kunang-kunang, rerumputan dan belalang, manusia dan jamur, bunga dan bintang laut, cacing dan lumut. Ia adalah studi kehidupan di puncak gunung tertinggi dan di dasar samudera terdalam.
Biologi adalah pengetahuan yang dikumpulkan mengenai semua mahluk hidup dan prinsip serta hukum yang mengatur kehidupan. Seluruh mahluk hidup disebut organisme. Organisme yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata tanpa alat disebut mikroorganisme atau mikroba.
Mereka yang mengkhususkan diri belajar biologi disebut ahli biologi, atau biologiwan, atau naturalis, dan lewat pengamatan mereka pada alam dan peristiwa alam yang membuat gagasan-gagasan besar biologi lahir.

Kelahiran Biologi

Tujuan penelitian ilmiah adalah menemukan kebenaran. Dari dulu hingga sekarang manusia terus mencari kebenaran mengenai sifat kehidupan. Kita tidak dapat sepenuhnya menghargai masa kini tanpa mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu. Kelahiran biologi sebagai sains yang mengesankan adalah lambat dan penuh perjuangan, dan terjadi selama ber abad-abad. Perhatikan tabel 1 di bawah dan lihatlah panjang waktu dalam abad dimana para naturalis Yunani kuno mempelajari dan menulis tentang tanaman dan hewan. Sekarang lihat tabel 2 yang menunjukkan jumlah abad antara Vesalius dan Lamarck. Anda dapat melihat kalau tiap penemuan biologi memerlukan waktu yang sangat lama. Mempelajari perkembangan historis gagasan sains memberi pemahaman yang lebih baik tentang proses dan metode inkuiri (penelitian). Mempelajari mengenai individual yang menyumbangkan pada pengetahuan ilmiah meningkatkan pemahaman kita tentang sains dan masyarakat.

Masyarakat Kuno Mempelajari Kehidupan

Studi kehidupan sama tuanya dengan manusia itu sendiri. Semenjak masyarakat purba yang mengamati dan bertanya-tanya tentang sifat hewan dan tanaman dalam lingkup mereka yang terbatas. Orang masa lalu menggunakan pengamatan mereka untuk membantu mereka dalam kegiatan berburu, mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
Marcello Malpighi
Sejumlah besar sumbangan diberikan oleh Yunani Kuno yang memulai studi sistematik mahluk hidup, termasuk manusia. Tabel 1 memberikan rangkuman singkat pencapaian mereka.
Tabel 1. Pencapaian biologi Yunani Kuno
Hippocrates (460 – 370 SM)Mendirikan sekolah medis pertama, berada di pulau Cos, Yunani
Aristoteles (382 – 322 SM)Mengembangkan studi sejarah alam terorganisir pertama; beliau adalah pengamat yang teliti, penulis dan juga penggambar hewan dan tanaman
Theophrastus (380 – 287 SM)Mengkhususkan diri pada studi tanaman; ia disebut “Bapak Botani”
Galen (130 – 200 M)Tokoh paling terdepan dalam anatomi
Kemunculan sains purba mencapai puncaknya dan kemudian menurun drastis. Selama beberapa abad minat dan aktivitas penyelidikan ilmiah mengalami kekosongan, menciptakan kehampaan penemuan ilmiah. Periode depresi ini menunjukkan sedikitnya inkuiri mengenai alam dan kehidupan, dan diberi nama Zaman Kegelapan. Ia berlangsung dari 200 – 1200 Masehi. Selama masa ini, buku langka ditemukan dan para penguasa dipandang sebagai sumber semua pengetahuan. Pengamatan sendiri dipandang sebagai perbuatan yang durhaka.

Kebangkitan Biologi

Abad ke-14 disirami dengan kebangkitan pemikiran ilmiah dan inkuiri. Diantara alasan perubahan sikap ini adalah ditemukannya percetakan, penjelajahan samudera, meluasnya gagasan-gagasan yang dibawa oleh Perang Salib dan munculnya berbagai universitas. Semua hal ini menjadi faktor yang memunculkan kembali biologi dan metode ilmiah.
Andreas Vesalius
Beberapa sumbangan penting pemahaman hukum sains biologi antara abad ke-16 dan 19 ditunjukkan dalam tabel 2
Robert Hooke
Tabel 2. Penemuan Biologi antara abad ke-16 dan 19
Andreas Vesalius (1514 – 1564)Studi tubuh manusia dengan pembedahan, dan mengabaikan otoritas Galen
Marcello Malpighi (1628 – 1694)Menjelaskan metamorfosis (perubahan tubuh) ulat sutera
William Harvey (1578 – 1667)Menunjukkan jalur perjalanan darah di tubuh manusia
Robert Hooke (1635 – 1703)Menemukan dan menamai “Sel” pada sumbat
Anton van Leeuwenhoek (1632 – 1723)Orang pertama yang melihat sel hidup
Carolus Linnaeus (1707 – 1778)Membuat sistem binomial nomenclature, yaitu, penamaan genus/spesies tanaman dan hewan.
George Cuvier (1769 – 1832)Mendirikan studi anatomi komparatif
Jean Baptiste Lamarck (1744 – 1829)Memberikan istilah biologi pada ilmu kehidupan dengan mengambil dua kata dari bahasa Yunani; biosyang berarti “kehidupan”, dan logos yang berarti “ilmu”
Referensi
  1. Edwards, G.L. 2000. Biology: The Easy Way.
  2. Price, G. 2006. Biology: An Illustrated Guide to Science. The Diagram Group.
Sumber: http://www.faktailmiah.com