Kamis, 20 Januari 2011

Lebah Oriental Gunakan Matahari Untuk Bangkitkan Listrik

Para ilmuwan sudah mengetahui bahwa oriental hornet, atau lebah oriental untuk alasan yang tidak diketahui, mampu memproduksi listrik di dalam kerangka tubuhnya. Akan tetapi, Marian Plotkin, peneliti dari Tel-Aviv University memutuskan untuk meneliti lebih lanjut.


http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/01/18/103391_lebah-oriental-mampu-memproduksi-listrik-dari-sinar-matahari_300_225.jpg

Bersama timnya, Plotkin mencari tahu bagaimana lebah bisa memproduksi listrik. Setelah melakukan penelitian, ternyata diketahui bahwa pigmen pada jaringan kuning lebah mampu menangkap cahaya. Setelah itu, oleh jaringan coklat, cahaya itu diubah menjadi listrik.

Sebagai informasi, jaringan coklat milik lebah mengandung melanin, pigmen yang melindungi sel kulit manusia dari penyerapan sinar ultraviolet yang berpotensi berbahaya. Meski begitu, Plotkin menyebutkan, untuk apa listrik itu digunakan masih belum diketahui.

Dari penelitian itu, diketahui juga bahwa sel pada lebah hanya mampu menghasilkan energi dengan efisiensi hanya 0,335 persen. Sebagai gambaran, pembangkit listrik tenaga Matahari buatan manusia saat ini mampu menghasilkan energi dengan efisiensi 10 sampai 11 persen.

“Lebah masih mendapatkan mayoritas energinya dari makanan yang ia makan,” kata Plotkin, seperti dikutip dari National Geographic, 18 Januari 2011. “Meski begitu, kemampuan membangkitkan listrik itulah yang menjadi inti penelitian ini,” ucapnya.

Alasannya, kata Plotkin, kita sudah mengetahui bahwa tanaman dan bakteria memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi. “Akan tetapi, pemanfaatan matahari sebagai sumber energi pada hewan belum pernah diketahui,” ucapnya.


Sumber :
teknologi.vivanews.com


Minggu, 09 Januari 2011

Laut Aral, Salah Satu Danau Terbesar di Dunia Yang Mulai Mengering

Laut Aral adalah sebuah danau yang terletak di Asia Tengah. Danau ini terletak di Kazakhstan Utara dan Uzbekistan di selatan. Namanya secara kasar diterjemahkan sebagai "Laut Kepulauan", merujuk pada lebih dari 1.500 pulau di danau ini.


Laut Aral, yang dulu merupakan danau terbesar keempat di dunia mengalami penyusutan seper-sepuluh ukuran normalnya. Penggunaan tanpa batas sumber daya air selama 50 tahun terakhir, yang dimulai pada era Uni Sovyet, telah mengakibatkan salah satu bencana terbesar dalam sejarah modern, keringnya salah satu bendungan air alam paling indah di planet kita, Laut Aral,” kata Duta Besar uzbekistan Alisher Vohidov

Menurut Vohidov, volume Laut Aral telah menyusut hampir 10 kali lipat, dan permukaan air telah menyusut lebih dari 4 kali lipat. Permukaan air telah anjlok lebih dari 29 meter, dan garis pantai telah bergeser puluhan kilometer.

Dalam 30 tahun terakhir, lebih dari 60 persen dari danau telah menghilang. Urutan gambar di bawah, diperoleh melalui satelit Landsat, menunjukkan perubahan dramatis Laut Aral antara tahun 1973 dan 2000.

Para ahli setuju bahwa situasi saat ini tidak dapat dibiarkan. Namun, didorong oleh kemiskinan dan ketergantungan mereka pada ekspor, para pejabat di kawasan itu telah gagal untuk mengambil tindakan preventif dan Laut Aral terus menyusut.










http://i45.tinypic.com/209oso5.jpg

http://i47.tinypic.com/2e3yats.jpg
http://i45.tinypic.com/25a6a9w.jpg

Salah satu penyebabnya juga merupakan dampak dari pemanasan global, oleh karena itu mari kita lindungi bumi kita

Sumber :
www.kaskus.us

Hanya Kurang Dari 15 Menit, Otak Sudah Dapat Merekam Kata Baru

Otak akan mempelajari sebuah kata baru dalam waktu kurang dari 15 menit. Cukup perdengarkan kata tersebut sebanyak 160 kali. Menurut para ilmuwan di University of Cambridge, otak akan membuat jaringan saraf baru untuk mengingat kata tersebut.


http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/02/17/1110244620X310.jpg


Temuan para ilmuwan ini menjelaskan kalau waktu yang dibutuhkan otak untuk mempelajari kata itu ternyata lebih cepat dari pada perkiraan.

Penelitian dilakukan dengan menempatkan elektroda di kepala 16 relawan yang sehat. Aktivitas otak mereka dimonitor selama mengikuti pengujian yang terdiri dari 2 tahap.

Pada tahap pertama, para relawan diperdengarkan pada kata-kata yang sudah familiar. Tahap kedua, mereka diperdengarkan pada kata asing yang disebut berulang-ulang.

Di awal tahap kedua, aktivitas otak menunjukkan kalau otak berusaha mengenali kata tersebut. Tapi, setelah 160 kali pengulangan dalam 14 menit, aktivitas otak tidak dapat dibedakan dengan aktivitas otak di tahap pertama. "Secara virtual tidak ada bedanya," kata Dr. Yury Shtyrov yang terlibat dalam penelitian.

"Untuk mendengarkan saja sudah membantu untuk belajar bahasa," ujar Dr. Shtyrov kepada The Telegraph. Akan tetapi, untuk mengucapkan kata tersebut, butuh jaringan saraf baru, yakni bagian otak yang mengatur bicara.

Meski demikian, penelitian ini tidak bertujuan untuk membantu turis belajar bahasa. Menurut Dr. Shtyrov, penelitian ini untuk membantu pasien stroke mengembalikan kemampuan bicara.

Untuk itu, University of Cambridge menggandeng Cognition & Brain Sciences Unit dari Medical Research Council untuk mengembangkan sebuah terapi afasia yang diberi nama CIAT (Constraint-induced Aphasia Therapy).

Afasia merupakan kehilangan kemampuan bicara akibat sakit, cacat, atau cedera pada otak.

Tes berikutnya akan melibatkan pasien stroke. Seperti dijelaskan Dr. Shtyrov, rehabilitasi bisa cepat dengan menargetkan bagian otak untuk memori. "Kuncinya adalah repetisi. Otak bekerja dengan baik pada saat kondisi santai dan tidak berusaha mengingat," jelasnya.

Ia memberi contoh dalam bidang olah raga. Seseorang bisa hapal nama pemain, tim, bahkan aturan dengan baik. "Itu karena setiap informasi selalu berulang dan orang merasa tidak perlu menghapal.

Otak tidak dapat menghapal semua hal. Otak memilih yang penting dan yang tidak penting," tegas Dr. Shtyrov.


Sumber :
National Geographic Indonesia/Stephanie Silitonga - sains.kompas.com