Minggu, 09 Juni 2013

Ilmuwan Membentuk Sel-sel Saraf Baru

Bidang terapi sel, yang bertujuan membentuk sel-sel baru dalam tubuh untuk menyembuhkan penyakit, telah mencapai langkah penting dalam pengembangan menuju pengobatan baru. Laporan terbaru dari para peneliti di Universitas Lund, Swedia, menunjukkan cara yang mungkin untuk memprogram-ulang sel-sel lain menjadi sel-sel saraf, secara langsung di dalam otak.
Dua tahun yang lalu, para peneliti Universitas Lund merupakan yang pertama di dunia yang berhasil memprogram-ulang sel kulit manusia, yang dikenal sebagai fibroblast, menjadi sel saraf penghasil dopamin – tanpa harus mengambil jalan memutar melalui tahap sel punca. Kelompok riset ini kini melangkah jauh ke depan dan menunjukkan cara memprogram-ulang sel kulit maupun sel-sel pendukung menjadi sel-sel saraf, secara langsung pada tempatnya di dalam otak.
“Temuan ini merupakan bukti pertama yang penting untuk kemungkinan memprogram-ulang sel lain menjadi sel saraf di dalam otak,” kata Malin Parmar, pimpinan studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini.
Para peneliti menggunakan gen yang dirancang untuk diaktifkan atau dinonaktifkan dengan menggunakan obat. Gen ini dimasukkan ke dalam dua jenis sel manusia: sel fibroblas dan glia, atau sel pendukung yang hadir di dalam otak secara alami. Setelah mentransplantasikannya ke dalam sel-sel otak tikus, gen itu lantas diaktifkan dengan obat khusus yang dicampur ke dalam minuman tikus. Sel-selnya kemudian mulai melakukan transformasi menjadi sel-sel saraf.
Pada eksperimen terpisah, di mana gen serupa disuntikkan ke dalam otak tikus, para penelitian juga berhasil memprogram-ulang sel-sel glia dari tikus itu sendiri menjadi sel-sel saraf.
“Temuan riset ini berpotensi membuka jalan alternatif bagi transplantasi sel di masa depan, yang akan menghilangkan hambatan sebelumnya untuk bisa diteliti, seperti kesulitan membuat otak bisa menerima sel-sel asing, serta munculnya risiko perkembangan tumor,” tutur Malin Parmar.
Pada akhirnya, teknik baru pemrograman-ulang secara langsung di dalam otak ini dapat membuka kemungkinan baru untuk lebih efektif mengganti sel-sel otak yang sudah mati pada penderita penyakit Parkinson.
“Kami tengah mengembangkan teknik ini agar dapat digunakan untuk menciptakan sel-sel saraf baru sebagai pengganti fungsi sel-sel yang rusak,” tambah Marlin, “Dengan mampu melaksanakan pemprograman-ulang in vivo, maka dimungkinkan untuk membayangkan gambaran masa depan di mana kita bisa membentuk sel-sel baru secara langsung dalam otak manusia, tanpa harus mengambil jalan memutar melalui kultur dan transplantasi sel.”

Peneliti Berhasil Transplantasi Sel Saraf Kulit Monyet ke Otak Manusia

 Penelitian terdahulu  yang dimuat dalam jurnal Cell Reports ini, menjelaskan setelah enam bulan, sel-sel itu tampak sepenuhnya normal, total memulihkan cidera otak penyebab Parkinson, yang sebelumnya diderita monyet tersebut.
Mengingat sel-sel tersebut berasal dari sel-sel dewasa dalam kulit monyet, maka percobaan ini menjadi bukti-prinsipil untuk terwujudnya konsep personalisasi perawatan, jenis pengobatan yang penanganannya dirancang untuk tiap-tiap individu yang berbeda agar memperoleh terapi atau obat yang tepat bagi penyakitnya.
Dan mengingat sel-sel kulit bukan merupakan jaringan “asing”, maka tak terlihat tanda-tanda adanya penolakan kekebalan, yang berpotensi menimbulkan masalah besar saat transplantasi sel dilakukan. “Saat Anda melihat ke dalam otak, Anda takkan sadar bahwa otak itu sudah ditanam,” kata penulis senior Su-Chun Zhang, profesor ilmu saraf di University of Wisconsin-Madison, “Secara struktural, otak inang terlihat seperti otak yang normal, sel-sel transpalan hanya bisa dilihat di bawah mikroskop fluoresen.”
Marina Emborg, profesor fisika medis di UW-Madison yang juga kepala penelitian mengatakan, "Ini adalah pertama kalinya saya melihat, dalam primata non manusia, bahwa sel-sel yang ditransplantasikan bisa terintegrasi begitu baik disertai reaksi minimal," jelas Marina seperti yang dikutip Technology.org.
"Sel-sel ditanamkan di otak monyet menggunakan prosedur bedah dipandu oleh gambar MRI," kata Emborg.
Penelitian itu dilakukan terhadap tiga monyet rhesus di Pusat Penelitian Primata Nasional Wisconsin memiliki lesi di daerah otak yang menyebabkan penyakit Parkinson. Penyakit ini menimpa hingga 1 juta orang Amerika.
"Sayangnya, teknik ini belum dapat digunakan untuk membantu pasien sampai sejumlah pertanyaan bisa terjawab, seperti dapatkah transplantasi ini meningkatkan gejala? Apakah aman? Lagi pula uji coba hanya selama enam bulan tidaklah cukup. Apa pula efek sampingnya?," jelas Zhang.
Meskipun demikian, studi baru ini dinilai merupakan langkah nyata yang mungkin bermanfaat bagi pasien manusia menderita beberapa penyakit.
"Dengan mengambil sel-sel dari binatang dan mengembalikan mereka dalam bentuk baru untuk hewan yang sama, ini adalah langkah pertama menuju pengobatan terbaru, khususnya untuk Parkinson," kata Marina.
Sedangkan Zhang menjelaskan tercatat tiap tahunnya, Parkinson diderita oleh 60.000 pasien. “Saya bersyukur Parkinson’s Disease Foundation bersedia menjadi penyandang dana utama bagi penelitian kecil ini. Sekarang kami ingin bergerak maju dan melihat apakah hasilnya mengarah ke pengobatan nyata bagi penyakit yang mengerikan itu,” kata Zhang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar